Indikator Kemenangan Bulan Ramadhan

Indikator Kemenangan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan tanpa terasa sudah tiba di pertengahan bulan. Saking nikmatnya kita di dunia, waktu terasa berlalu sangat cepat. Sambil menjalani ibadah Ramadhan, masyarakat sudah merancang jauh untuk mempersiapkan segala sesuatu menjelang suasana lebaran. Pusat perbelanjaan terlihat lebih ramai daripada Shalat Tarawih.
Ada satu pertanyaan besar yang seharusnya ada dalam benak kita, apa yang telah kita dapat selama bulan penuh rahmat dan ampunan ini? Apakah yang telah didapat setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan? Apakah ada  yang kita dapat dari hikmah puasa yang bakal kita terapkan dalam kehidupan sehari – hari kita setelah Ramadhan? Apakah puasa kita kali ini tidak jauh beda dengan puasa-puasa sebelumnya? Bagaimana kehidupan kita setelah puasa berakhir, adakah hal yang baru akan kita jalani sebagai hikmah Ramadhan ? Apakah segala sesuatunya lebih baik dari sebelum kita melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan???
Mari kita sama – sama  merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan selama menjalankan ibadah Ramadhan. Kecenderungan kita dalam melaksanakan ibadah puasa, kebanyakan hanya sebagai ritual rutin karena bulan Ramadhan akan selalu ada setiap tahun. Banyak orang berpuasa karena memang ini bulan untuk berpuasa. Artinya puasa kita tidak lebih karena melaksanakan tradisi.
Maaf, saya yakin. kita semua tidak mau dituduh beribadah puasa karena mengikuti tradisi. Bagaimanapun juga dalih kita berpuasa karena benar-benar mau mengikuti ajaran agama sebagaimana dinyatakan bahwa ‘puasa adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman.’ Kita berpuasa karena kita ingin masuk bagian dari orang yang beriman, mau menjadi orang-orang yang bertakwa.
Akan tetapi, realitanya, puasa bulan Ramadhan ini memang sudah masuk ke dalam tradisi. Saudara-saudara kita yang non muslim juga ikut menghormati, memberi toleransi bagi yang berpuasa. Bahkan tidak sedikit pula yang ikut dalam tradisi Ramadhan, setidaknya ikut dalam kegiatan acara buka puasa bersama. Malahan ada pula yang ikut memfasilitasi kegiatan Ramadhan, seperti menyediakan makanan buka puasa.
Puasa Ramadhan  memang mengandung makna pengembangan solidaritas sosial. Aktifitas puasa, tidak makan dan minum di siang hari, dihayati sebagai praktik untuk menghayati rasa lapar dan haus yang sering dirasakan oleh kaum yang tidak punya. Ketika rakyat Indonesia masih banyak yang hidup dalam kemiskinan, puasa benar-benar bermakna untuk menyadarkan kita bahwa solidaritas sosial mutlak ada pada diri setiap kita. Selama puasa pula kita dianjurkan banyak berinfak dan bersedaqah. Malahan saat puasa akan berakhir, solidaritas itu kita tunjukkan secara nyata lewat kewajiban menunaikan zakat fitrah.
Puasa Ramadhan juga merupakan ajang pendidikan dan latihan. Di Saat puasa kita ditempa fisik dan mental agar menjadi orang-orang yang prima, memiliki fisik yang sehat dan mental spiritual yang kuat. Ketika berpuasa kita dilatih menjadi orang yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari segala godaan. melalui puasa kita menjernihkan hati dan pikiran, menanamkan nilai moral spiritual yang memberi bekal dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Hasil dari kegiatan pendidikan dan latihan kita selama Ramadhan seharusnya bisa menjadi bekal bagi kita untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar selama sebelas bulan berikutnya. Keberhasilan kita menjalankan ibadah puasa diibaratkan dengan kembalinya kita ke fitrah, seperti bayi yang baru lahir, menjadi manusia yang kembali suci.  Puasa kita yang berhasil tentu saja puasa yang diterima oleh Allah SWT. Inilah yang dikatakan  telah meraih kemenangan.
Tentang hal ini hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui. Sedangkan kemenangan menurut kita, tentu bisa kita pahami dan rasakan sendiri dan bersifat sangat individual. Kita semua mungkin saja mengklaim bahwa diri kita telah meraih kemenangan. Namun, bagaimanapun indikator kemenangan tersebut bisa saja kita ketahui. 
Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu mengalami menang atau kalah? Dalam olahraga ataupun perlombaan lainnya selalu ada menang dan kalah. Termasuk salah satunya dalam kehidupan politik, istilah menang dan kalah juga sering dialami, terutama bagi mereka yang ikut dalam pemilihan kepala daerah ataupun legislatif. Akan tetapi, lebih banyak yang tidak ikhlas menerima kekalahan.
Sikap tidak mau menerima kekalahan sebetulnya sangat bagus dalam konteks Ramadhan. Jika tidak mau kalah maka lakukanlah ibadah puasa Ramadhan dengan kesungguhan dan menyelesaikannya hingga akhir. Janganlah hanya tidak mau kalah tetapi tidak bersungguh - sungguh menjalankannya. Kemenangan harus diperjuangkan melalui proses yang di dalamnya ada lika-liku kesulitan.
Pemenang bulan Ramadhan

Kemenangan dalam puasa Ramadhan harus kita terapkan juga dalam kehidupan sehari - hari. Kemenangan di bulan Ramadhan bukanlah karena kita mengalahkan orang lain, melainkan karena mengalahkan apa yang ada dalam diri kita. Orang-orang bijak banyak berkata, pertempuran yang paling berat bukanlah ketika melawan musuh-musuh dalam peperangan, melainkan ketika kita melawan diri kita sendiri. Nabi Muhammad SAW  juga menyatakan hal sama, ketika beliau ditanya seusai Perang Badar, Beliau menyebut perang melawan hawa nafsu sendiri jauh lebih besar dari perang Badar yang saat itu dikenal sangat dahsyat.
Meraih kemenangan bisa pula kita pahami sebagai keberhasilan kita dalam meraih sesuatu yang baru. Kemenangan di sini diartikan sebagai adanya perubahan yang kita alami dari kondisi sebelumnya. Hal ini berarti, meraih kemenangan adalah kemampuan kita dalam melakukan perubahan. Apa perubahan setelah kita melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh? Pertanyaan yang sangat bermakna karena jika tidak ada perubahan, berarti tidak ada hal baru yang kita petik dari sebelum dan sesudah puasa. Lebih jauh, sama saja kita tidak kalah.
Perubahan adalah hal  yang alami, tidak bisa dihindari. Masalahnya, ada perubahan yang berada di bawah kendali kita dan ada pula yang di luar kekuasaan kita. Perubahan umur misalnya, sudah jelas tidak bisa kita hindari. Hal-hal di luar diri kita juga tidak bisa kita kendalikan perubahannya, apalagi berbagai kejadian seperti bencana alam. Artinya, perubahan yang bisa kita kendalikan adalah dalam konteks sikap dan prilaku kita sendiri. Makna perubahan dalam konteks meraih kemenangan di bulan Ramadhan adalah dalam perubahan sikap dan prilaku kita. 
Kitalah penentu, apakah mau mengubah sikap dan prilaku kita atau tidak. Apalagi jika kita merasa sudah baik dan benar atau merasa tidak ada yang salah, maka sulitlah kita mau melakukan perubahan. Begitu pula kalau kita menilai perubahan itu di luar kendali kita, maka semuanya berlalu begitu saja tanpa harus melakukan perubahan yang disengaja. Padahal, jika tidak mau melakukan perubahan atas diri kita maka perubahan itu tetap terjadi tetapi bentuknya ditentukan di luar  diri kita. 
Biasanya, perubahan yang tidak dikendalikan selalu perubahan yang tidak diinginkan.  Karena itulah, puasa selama Ramadhan bisa digunakan sebagai sarana untuk menciptakan perubahan yang sesuai dengan keinginan kita tetapi dalam bimbingan Ilahi. Kita menempa diri kita agar mampu mengendalikan perubahan atau mengarahkan kita untuk menuju perubahan sesuai tuntunan ajaran agama. Lewat puasa kita mengubah sikap dan prilaku yang bisa mengantarkan kita kepada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.   
Dengan demikian jika meraih kemenangan diartikan sebagai adanya perubahan dari sikap dan prilaku kita, sungguh suatu indikator paling tepat untuk menilai apakah kita menang dari proses pendidikan dan latihan Ramadhan.  Namun, bisa pula kita menilai betapa berat untuk meraih kemenangan tersebut. Apalagi kecenderungannya, sikap dan prilaku kita setelah Ramadhan, banyak tidak jauh berbeda ketika sebelum Ramadhan. Kita malah sudah mempresepsikan bahwa kita akan kembali seperti sebelum Ramadhan, ketika Ramadhan sudah berlalu. Ramadhan tidak lebih sebagai suatu persinggahan waktu yang kita lalui begitu saja. Jika seperti ini yang terjadi, kemenangan apa yang diraih?. 
Kitalah yang menjadi penentu utama bagaimana kita mengambil hikmah Ramadhan dalam konteks upaya kita meraih kemenangan. Ajaran Islam tentu sudah punya tuntunan sebagaimana terkandung dalam Al Quran dan Sunnah Rasul. Tinggal Kita yang menentukan memilih mana yang terbaik buat kehidupan kita. Pilihan tersebut tentu banyak ditentukan dari referensi yang kita gunakan. Mudah-mudahan referensi atau acuan tersebut benar-benar sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah. Semoga kita benar-benar menjadi orang yang meraih kemenangan, sehingga kita menjadi Fitri dan menjadi insan yang lebih baik setelah kita melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini.